Wednesday, April 15, 2009

Ini Bukan Untukmu, Tapi Untuk Diaee..


Sampai kapan aku harus duduk seperti orang bodoh disini. Mematung seperti batang kayu lusuh menunggu untuk dipahat. Seharusnya Fadly sudah datang setengah jam yang lalu. Apakah dia lupa? Apakah dia sengaja mempermainkan aku?

Dia sudah berjanji. Dia mau mengantarkan aku pulang hari ini. Pastinya menggunakan vespa butut itu lagi. Semoga saja aku tidak sial hari ini. Aku tak mau lagi terlihat seperti orang bodoh seperti kemarin, saat dia mengantar aku membeli obat untuk ibuku. Tiba-tiba vespa butut itu mogok ditengah-tengah perjalanan. Dengan terpaksa akupun mendorongnya, walaupun aku sangat malu.

“Hari ini kuantar ya” pintanya.

“Tidak usah, aku tak sudi terlihat bodoh mendorong-dorong vespa bututmu lagi” Aku bahkan tak memalingkan wajahku untuk melihatnya.

“Ayolah, Kali ini aku berjanji tidak akan menyusahkanmu” pintanya lagi.

Tentu saja aku tak bisa menolaknya, dia terus memohon-mohon padaku. Aku tahu, dia tak benar-benar mau mengantarkan aku. Dia tak pernah sebaik itu padaku. Ada sesuatu yang dia inginkan dariku. Dia tahu aku baru saja selesai membaca novel yang sudah lama dia incar untuk dipinjam. Dia selalu memaksa aku untuk segera menyelesaikan membaca novel Harry Potter yang kubeli sebulan yang lalu.

Aku melihat sekelilingku. Sekarang aku sendirian ditaman ini. Kursi-kursi itu, sama seperti kursi yang kududuki , semuanya kosong sekarang. Tak ada seorangpun duduk disana. Sekarang hanya ada sampah-sampah pelastik bungkus makanan yang berserakan. Mungkin mereka benar-benar bodoh. Terlalu bodoh untuk bisa menemukan tempat yang tepat untuk membuang sampah-sampah itu.

Hanya tinggal aku disini. Duduk sendiri dibawah sebuah pohon yang kuharap bisa melindungi aku. Matahari itu seolah-olah selalu berusaha untuk membakar kulitku. Sudah dua kali aku pindah karena kepanasan.

“Maukah kau menerima ini?” Aku sangat kaget mendengar suara itu, aku sedang melamun. Aku tak tahu kapan dan dari mana dia datang. Tiba-tiba saja dia sudah berdiri didepanku. Tersenyum sambil mengulurkan tangannya yang sedang menggenggam seikat bunga.

“Maukah kau menerima ini?...Menerima Aku?...Menerima Cintaku?...” Aku hanya terdiam. Tak sepatah katapun keluar dari mulutku. Kuamati wajah itu. Wajah Fadly sahabatku. Wajah yang selalu menemani hari-hariku.

Sekarang ada seorang lelaki tampan dihadapanku. Dia sedang menawarkan seikat bunga untukku. Bukan itu saja dia bahkan menawarkan cintanya untukku. Tapi aku tak tahu apakah dia benar-banar serius. Selama ini kami memang dekat, tapi hanya sebatas teman, hanya sebatas sahabat.

“A aku..” suaraku terbata. Tiba-tiba dia memotong perkataanku dengan tawanya yang kencang. Aku tak tahu apa yang dia tertawakan. Mungkin wajahku terlihat sangat bodoh.

“ Apakah itu bagus? Pasti bagus. Wajahmu sampai memerah” Seperti yang kuduga. Dia pasti tidak serius, entah apa yang ada dipikirannya.

“Kau tak perlu menjawab itu. Ini bukan untukmu. Ini untuk dee”

“Dee? Siapa dia?” Padahal aku hampir saja menjawab ‘ya’ tadi. Sudah lama aku mencintai dia. Tapi aku tak berani menyatakannya.

“Kau akan tahu nanti”

“Apa dia sangat cantik?”

“Yang pasti dia lebih cantik dari kau sekarang. Dia tidak cemberut sepertimu. Jangan-jangan kau cemburu?”

“Kenapa harus cemburu. Aku tidak mau punya pacar kucing jelek seperti kamu” Tentu saja aku tak bisa berterus terang kalau aku cemburu. Dia bukan pacarku. Aku tak berhak melarangnya untuk dekat dengan siapapun.

“Kau mau temani aku?” Fadly kini duduk disebelahku. Dia menyimpan bunga yang dia bawa di kursi tempat kami duduk. Dia meletakannya diantara kami.

“Kemana?” tanyaku.

“Aku mau menemuinya besok. Aku ingin memberikan bunga ini untuk Dee”

“Aku tidak mau. Untuk apa aku menemanimu. Aku tak mau seperti orang bodoh sementara kau berduaan dengan dia”

Apakah dia sudah gila. Apakah dia benar-benar tidak tahu perasaanku. Aku benar-benar mencintainya. Apakah dia tidak memperhatikan raut mukaku sekarang. Mukaku pasti terlihat sangat aneh sekarang. Aku cemburu. Aku cemburu karena dia mencintai Dee. Bukan aku.

“Tolonglah aku. Lagipula dia juga tidak sendiri. Dia bersama temannya. Kau pasti suka. Dia sangat tampan”

“Tidak kalau kau tidak memohon”

“Baiklah tuan puteri yang cantik jelita. Aku memohon padamu. Maukah kau menemani hambamu yang hina ini?”

Aku hanya tersenyum. Dia tahu kalau itu berarti ya. Hatiku memang sakit. Tapi aku tak mau hatinya juga ikut sakit. Aku mau dia bahagia.

*** *** ***

“Mana Dee? Bukankah seharusnya dia sudah datang?” Sudah hampir setengah jam aku dan Fadly duduk disini. Aku penasaran. Aku ingin tahu seperti apa wajah Dee. Apakah dia lebih cantik dariku.

“Dia sudah disini”

“Dimana dia? Aku tak melihatnya” Wajahku berputar-putar mencari keberadaan Dee. Tak seorangpun terlihat. Hanya ada kami berdua disini.

“Dia ada disini. Didekatku”

“Didekatmu? Didekatmu hanya ada aku. Aku tak melihat Dee”

“Tentu saja kau tidak bisa melihat. Karena kaulah Dee. Dee...ni... Andini Reista Puteri. Maukah kau menerima ini?...Menerima Aku?...Menerima Cintaku?...” Seperti kemarin. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangannya yang menggenggam seikat bunga.

The End...

COMMENTS :




Don't Spam Here

0 komentar to “ Ini Bukan Untukmu, Tapi Untuk Diaee.. ”

Post a Comment

Bagi sobat-sobat silahkan comment disini, Insya Allah saya comment balik di blog anda dan Saya follow juga. Blog 7ASK adalah Blog Do Follow, Terimakasih atas kunjungan Anda..!

 

Copyright © 2008-2011 All Rights Reserved. Mobile View Powered by 7ASK / WAWAN ADIE and Distributed by Template

Facebook Twitter Mykaskus