Raden Priyono

Jakarta, IEW. – PT ExxonMobil sebagai pengelola minyak dan gas bumi di Blok Cepu kini keberadaannya di ujung tanduk. Selain ancaman akan dilakukannya pergantian manajemen di Blok Cepu, ancaman terbaru lainnya adalah soal kemungkinan pergantian operator ke PT Pertamina (Persero).
Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), Raden Priyono mengatakan, Exxon sudah berjanji kalau mereka akan menempati produksi minyak 15 ribu barel per hari (bph) dari Cepu pada akhir Agustus, selambat-lambatnya September. “Makanya kita masih menantinya,” ujarnya di Jakarta, Jumat (28/8/2009).
Priyono menambahkan, kalau pada tenggat waktu tersebut belum juga berproduksi ada banyak langkah yang dapat dilakukan. “Pertama, kemungkinan melakukan pergantian manajemen, orangnya dipulangkan ke Amerika sampai pada pergantian operatorship dari Exxon ke Pertamina,” tegasnya.
Sementara, soal opsi arbitrase lanjut Priyono, itu ada pada tingkatan terakhir. Jika opsi awal tidak mempan baru dilanjutkan dengan opsi terakhir. Ia menjelaskan, pihak Exxon sudah menyakinkan kalau mereka bisa deliver akhir Agustus.
Untuk diketahui, keterlambatan Exxon dalam memproduksi minyak 15 ribu bph sampai 20 ribu bph dari Blok Cepu memang sudah di luar kewajaran. Rencana awal pada Desember 2008 Exxon sudah bisa produksi 15 ribu bph. Namun, faktanya sampai sekarang Cepu belum juga berproduksi seperti janji Exxon.
Sementara terkait operatorship Cepu, saat ini operatornya masih dipegang Exxon. Sementara perusahaan migas kebanggaan nasional Pertamina hanya bertindak sebagai pendamping saja.
Ambil Alih Secara Elegan
Komisaris PT Pertamina (Persero), Maizar Rahman mendukung langkah direksi untuk mengambil alih pengelolaan (operatorship) di Blok Cepu. Namun, pengambilalihan itu harus dilakukan secara elegan sesuai peraturan yang berlaku. “Kami tidak mau nasionalisasi dengan cara yang kasar, harus dengan cara yang elegan,” katanya.
Menurut dia, jika Pertamina ingin mewujudkan mimpinya menjadi perusahaan minyak dan gas (migas) kelas dunia, perseroan harus gencar mengakuisisi wilayah-wilayah kerja migas. “Untuk itu, kami beli British Petroleum Onshore West Java (BPONWJ). Juga akan mengambil di Blok Mahakam dan lapangan-lapangan lainnya termasuk Natuna,” ujar dia.
Dengan akusisi-akusisi tersebut, menurut Maizar, target produksi minyak Pertamina ke depan bukan hanya di kisaran 200-300 ribu barel per hari (bph). Namun, bisa mencapai 500 ribu bph. (Sunandar)