Teman,
Kau tahu semua cerita cintaku ketika sosoknya hadir dalam hari-hariku.
Dia ketuk lembut pintu hatiku, akupun mempersilahkan dia masuk ruang hatiku.

Kujalani hariku bersamanya…..kami menatap dan melangkah bersama jelajahi belukar menyibak onak asmara.
Kadang kutemui tanya bergetar keraguannya.
Kadang kubersisian dengan cemburu dan betapa dadaku bergejolak…..

Tapi hanya padanya kusandarkan harapanku, seluruh jiwa ragaku untuknya.
Tak peduli memerah kupingku mendengar semua keraguannya, tak hiraukan merahnya mataku saat kantuk ikut menemani atau bercawan-cawan air mata telah tertuang untuknya. Ku masih punya seribu harapan untuknya.

Cerita cintaku sangat indah, mengalun lembut

Maukah kini kau ganti bercerita ?
Ku kan mendengar sambil berbaring menatap gelapnya malam, bulan terselimuti awan gelap, sinar tipisnya mensiluetkan wajahnya.

Ceritakan padaku tentang perpisahan.

Bukan perpisahan karena kematian, bukan ! bukan itu yg ingin kutahu !
Dia tidak sakit, dia tegap dan kuat. Dekapannya masih erat kurasakan.
Aku tak kurang satu apapun untuk selalu menanti di permulaan hari.

Jangan juga kau bercerita tentang berpalingnya sebuah hati.
Cintaku utuh hanya untuknya, ku pun tahu betapa dia sangat mencintaiku di setiap helaan nafasnya.
Ceritakan padaku tentang perpisahan dimana jemari masih saling bertaut, erat tak ingin terlepas tapi entah kekuatan mana yang menarik kami ke arah sisi berlawanan…. takdirkah ?

Ceritakan padaku tentang perpisahan, sambil kutatap gelapnya langit malam, sinar rembulan yg terselimut awan pendarkan siluet tipis wajahnya, kan kutunggu hilang bayangmu teriring dengan tertutupnya mataku, entah terselaput air mata, tertidur atau mati…..
yang kutahu jiwaku melangkah ke gerbang kematian……….

Maukah kau mulai bercerita, teman ?