Wednesday, April 15, 2009

Kembalikan Juga Darahku


"Kembalikan Juga Darahku"

Seharusnya aku tak mengatakan itu padanya. Sungguh aku tak benar-benar ingin mengatakan itu. Karena ku tahu itu hanya akan membuatnya semakin sedih. Atau bahkan dia jadi balik membenciku.

.......

Aku sudah cukup lama berhubungan dengan Dina. Kami bertemu pada saat aku masih kuliah. Saat itu aku menginjak semester ke 7, sedangkan dina adalah mahasiswi semester pertama. Saat itu aku dikenalkan oleh temanku, hingga akhirnya kami jadian.

Dina dimataku adalah wanita yang paling sempurna. Cantik, tinggi, putih dan yang paling penting dia punya senyuman yang sangat manis. Sebuah senyuman terindah yang pernah kulihat. Itulah yang membuat aku merasa nyaman untuk berhubungan terus dengannya.

.....

"kring kring kring"

Aku mendengar handphone ku berdering. Aku segera mengambilnya dari saku celanaku. Ternyata dina yang menelpon.

"Mas Tyo"

"Ada apa Din?, apa kamu baik-baik saja"

Aku agak Khawatir mendengar suara Dina. Sepertinya dia habis menangis. Entah apa yang membuat dia sedih.

"Mas"

"Iya ada apa. Kamu nangis ya?"

"Mas ada yang mau aku omongin mas. Penting. Tapi mas jangan marah ya!."

"Sebenarnya ada apa sih din. Jangan bikin mas tambah bingung dong"

"Ngga enak mas ngobrol di telpon. Aku tunggu di tempat biasa aja ya."

"Ya udah kalau gitu, kamu tunggu disitu ya"

"Iya mas"

Aku segera bergegas mengambil kunci mobilku. Aku begitu terburu-buru karena aku takut terjadi apa-apa dengan dina.

.....

Aku berjalan menuju sebuah meja. Disitu rupanya dina duduk menunggu aku. Wajahnya terlihat sangat murung.

"Mas"

Tiba-tiba Dina beranjak dari tempat duduknya dan berlari ke arahku. Dia memeluk tubuhku dengan sangat erat. Sementara Air matanya terus membasahi pipinya yang tampak merah.

"Ada apa sih Din?. Kamu kenapa?."

Tentu saja aku sangat kaget ketika aku melihat dia begitu sedih. Karna Dina yang ku tau bukanlah orang yang cengeng. Dina sangat tegar. Dina sangat periang. Aku lalu mengajaknya untuk duduk. Aku mencoba menenangkan dia dengan mengelus-elus rambutnya yang terurai.

"Apa sih Din yang mau kamu omongin ke aku"

Tanyaku setelah Dina terlihat tenang. Setelah air matanya sudah tak lagi mengalir.

"Bapak mas"

"Bapakmu kenapa, Apa dia sakit?" Tanyaku lagi.

"Bukan mas"

"Terus Kenapa. Kenapa kamu sedih"

"Bapak mau menjodohkan aku"

"Apa Din, Bapak mau menjodohkan kamu?" Tanyaku kaget.

"Iya mas"

Tentu saja aku sangat kaget mendengar itu. Dini, wanita yang paling aku sayang, dijodohkan oleh bapaknya dengan orang lain.

"Terus kamu terima"

"Aku ngga bisa menolak mas"

"Tapi kenapa? Apa kamu sudah ngga cinta aku lagi?"

"Tentu saja aku masih cinta mas, tapi dia itu bapakku. Aku ngga mau durhaka terhadap orang tuaku."

"Meskipun itu berarti harus menyakitiku?"

"Iya mas"

.....

Aku ngga tahu harus berkata apa lagi. Orang yang aku cintai akan menikah dengan orang lain. Orang yang dipilih oleh orang tuanya.

Aku kecewa kenapa Dina mau menerima begitu saja keinginan orang tuanya itu. Kenapa dia begitu tega menyakiti perasaanku. Aku sangat marah pada Dina. Begitu marahnya sehingga aku meminta agar dia mengembalikakan apa yang sudah aku berikan padanya.

"Baiklah mas kalau mas inginkan itu. Aku akan mengembalikan Liontin yang kau berikan saat ulang tahunku. Aku juga akan mengembalikan gaun merah hati yang kamu berikan saat pernikahan kakakku. Aku juga akan mengembalikan hadiah-hadiah lainnya"

"Kembalikan juga darahku!" Teriakku.

"Darah yang aku berikan saat kau terbaring lemah. Saat kau tak punya cukup darah lagi untuk bertahan hidup."

Saat itu aku mendonorkan darahku karena Dina kehabisan darah setelah dia mengalami kecelakaan. Dia tertabrak oleh sepeda motor saat pulang kuliah.

.....

Aku menyesal mengatakan itu pada Dina. Seharusnya aku mengerti kenapa dia melakukan hal itu. Seharusnya aku tidak membuatnya semakin sedih. Seharusnya aku tak meminta dia untuk mengembalikan apa yang telah kuberikan padanya.

Aku ingin minta maaf pada Dina. Tapi sekarang aku tak bisa. Dia tak bisa mendengarku.

"Mas Tyo maafkan aku"

"Mas maafkan aku karena aku tidak bisa mengembalikan darahmu. Darah yang seharusnya aku kembalikan saat kau membutuhkan. Maafkan aku karena aku terlambat"

"Din, Maafkan mas juga din. Karena mas kamu jadi sedih."

Dina tak bisa mendengar lagi kata-kataku. Walaupun aku berteriak berkali-kali di telinganya. Dina sekarang hanya bisa menangis menatap aku. Aku yang terbaring kaku, tanpa nyawa.

Selamat tinggal Dina. Semoga kau bisa hidup lebih baik tanpa aku.

COMMENTS :




Don't Spam Here 1

yo...............

Dof1N said...
on 

Post a Comment

Bagi sobat-sobat silahkan comment disini, Insya Allah saya comment balik di blog anda dan Saya follow juga. Blog 7ASK adalah Blog Do Follow, Terimakasih atas kunjungan Anda..!

 

Copyright © 2008-2011 All Rights Reserved. Mobile View Powered by 7ASK / WAWAN ADIE and Distributed by Template

Facebook Twitter Mykaskus